Awan, Kau mendengarkan ku?
****
Pagi ini, gadis itu terdiam memandang langit.
Memandang awan putih yang berhamburan diatas langit. Hari ini cuacanya cerah, membuat sang awan terlihat sangat cantik.
“awan, dia kembali aku harus apa?” dia bergumam bertanya, sambil menatap langit insten. Berharap awan mendengarkan dan menjawab pertanyaannya. Karena bagi dia, tidak ada pendengar yang lebih baik, tidak ada teman yang dapat diajak diskusi selain Awan.
Hidup nya yang penuh dengan sepi, membuatnya lebih suka mengurung diri. Membiarkan semua sakit dan senang ia rasakan sendiri.
Karena dia tau. pada kenyataannya, semuanya memang tidak bisa membantu apa apa. Kecuali dirinya sendiri.
“harus membalasnya atau mengabaikannya? ” tanyanya lagi.
Dia tau, bahkan sangat tau bahwa awan yang diatas itu tidak akan menjawab apapun pertanyaanya. Tapi dia selalu berharap, bahwa awan itu bisa berbicara. Seperti :
Kau boleh membalasnya, bukan kau menyayanginya?
atau
dia berhak diberi kesempatan!
atau bisa juga
kau berhak bahagia. Jadi mulai semuanya dari awal kembali!
meski itu tidak akan nyata adanya, tapi apa salahnya berimajinasi? Lagian sebenarnya sudah didengarkan saja itu sudah membuat gadis itu bahagia. Dia merasa punya teman baru, selain Mocca. Kucing kesayangannya.
“aku tidak tau, apakah aku masih menyayanginya atau tidak. Aku masih bingung dengan perasaanku. Tapi yang jelas, dulu aku melepasnya pergi. Jadi....” gadis itu termenung. Tidak melanjutkan perkataannya.
Tapi di dalam hati dia menjawab, tapi aku menyukainya dan juga merindukannya. Jadi akan aku jawab. Terimakasih awan, sudah mau mendengarkan ceritaku hari ini. Esok ku ceritakan kembali ya?
Komentar
Posting Komentar